Senin, 11 November 2013

Nike vs Adidas

Persaingan Antara 2 Merk Ternama Apparel Sepakbola



Kompetisi itu memang tak hanya adu kaki di lapangan hijau. Sepakbola modern menyerap semua hal termasuk pengunaan kostum dan perlengkapan pemain sebagai wujud persaingan yang berorientasi kepada keuntungan.

Januari 2012, salah satu klub terkemuka di dunia Liverpool akhirnya harus mengakhiri kerja sama sewindu terakhir dengan perusahaan apparel utama dunia asal Jerman Adidas. Banyak faktor menjadi landasan perpisahan itu. Ada yang bilang pemilik baru Liverpool atau yang beken disebut the Kop, sang miliuner John W Henry lebih suka menggunakan produk Amerika Serikat. Karena itu Liverpool pun beralih ke Warrior Sports Inc.

Warrior Sports Inc yang dimiliki New Balance Athletic Shoe Inc., berbasis di Boston, akan menjadi pemasok resmi perlengkapan klub Liverpool dan kerja sama itu akan dimulai 1 Juni 2012 dengan nilai 150 juta pounds selama 6 tahun, atau 25 juta pounds per tahunnya. Nilai itu jelas lebih besar dari 13 juta pounds yang diterima Liverpool setiap tahunnya dari Adidas. Kontrak baru ini sendiri menjadikan Liverpool sebagai klub dengan apparel termahal di Liga Inggris, mengalahkan Manchester United yang dikontrak 23,5 juta Pounds per tahunnya oleh Nike. Hanya Barcelona yang dikontrak Nike dengan 26,3 juta Pounds per tahun yang memiliki kontrak lebih mahal dari The Reds.

Namun, bagi Adidas, Liverpool dinilai tak memberikan keuntungan lebih meskipun klub Merseyside itu memiliki rekor 18 gelar juara Liga Inggris sebelum era modern. Liverpool juga mengoleksi 5 gelar Liga Champions Eropa yang hanya bisa dilewati AC Milan dan Real Madrid, dua tim pengguna apparel Adidas. CEO Adidas Herbert Hainer mengatakan Liverpool meminta nilai kontrak yang tak wajar, sementara klub itu sendiri tak menunjukan prestasi yang menggigit di lapangan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.

Adidas, apparel kebanggaan asal Jerman memang wajar ‘kebakaran jenggot’ dengan lepasnya Liverpool dari daftar klien. Di Liga Inggris, terutama klub 5 besar, logo tiga garis Adidas hanya terpampang di kostum Chelsea, meskipun Fernando Torres memakai sepatu Nike. Adidas mau tak mau sedikit kalah dari Nike, seteru abadi mereka. Manchester United dan Arsenal adalah dua tim dengan dukungan apparel Nike. Soal prestasi kedua klub itu? jangan ditanya deh, jelas menguntungkan brand Nike secara keseluruhan!

Sejarah kedua apparel itu memang lebih panjang dari sekedar jarak antar gawang di lapangan sepak bola. Adidas dan Nike jelas tak sekedar bersaing sengit head to head, bahkan mereka juga mengakuisisi merek lain untuk berkompetisi image rights. Di Inggris negeri Pangeran William, Nike membeli merk Umbro dan kini menjadi apparel timnas Inggris dan tentunya klub kaya raya Manchester City. Adidas yang juga mengakuisisi Reebok tak mampu berbuat banyak.

Anda penggemar liga Serie A Italia? kompetisi Adidas dan Nike juga terjadi di Negeri Pizza itu. Rivalitas AC Milan yang memakai Adidas dengan Inter Milan yang menggunakan Nike jauh lebih kental dari saus spaghetti. Musim 2012, Derby Della Madoninna antara AC Milan dengan Inter Milan pun dimenangkan Nike. Namun ironisnya, sang pencetak gol tunggal laga derby itu yaitu striker Inter Milan Diego Milito justru pemakai sepatu Adidas.

Masih ingat Paolo Maldini, il capitano AC Milan terbaik setelah Franco Baresi. Maldini pemain yang khas dengan kostum Adidas nomor punggung 3 itu justru menggunakan sepatu Nike. Ironi Name Rights yang menggelikan.

Anda juga penggemar Liga Spanyol? Adidas dan Nike harus berbagi panggung dalam konteks derby atau laga tim sekota. Real Madrid yang begitu Adidas mania pun harus tampil ngotot ketika melawan Atletico Madrid. Namun El Classico antara Real Madrid versus Barcelona yang ditopang Nike jelas memperlihatkan persaingan kedua apparel yang begitu membara. Keunikan tetap saja ada ketika faktor Name Rights alias hak pemain menggunakan sepatunya sendiri, menjadi fokus perhatian.

Nike jelas begitu bangga karena Cristiano Ronaldo yang berkostum Adidas justru memakai sepatu Nike Mercurial CR7. Meskipun bagi Adidas dan Real Madrid, penjualan kostum Ronaldo nomor 9 dan 7 juga menguntungkan hingga 100 juta euro. Kasus Barcelona pun demikian. Lionel Messi sang mesiah Barcelona dan Xavi Hernandez the playmaker, justru memakai sepatu Adidas ketika bermain mengalahkan Real Madrid di La Liga, Copa del Rey hingga malam penghargaan Ballon d’Or 2011/2012.

Di Amerika Latin, kedua apparel juga bertempur di lapangan hijau saat laga “Super Classico” di Argentina antara Boca Juniors (Nike) dan River Plate (Adidas). Brasil yang begitu identik dengan Nike pun harus rela memakai jasa playmaker Kaka yang bersepatu Adidas. Tak hanya itu, Fluminense klub besar Brasil yang bermarkas di stadion keramat Maracana pun menggunakan Adidas.

Di Jerman yang begitu adidas mania pun tak lepas dari celah yang dimanfaatkan seterunya. Klub ibukota Hertha Berlin pun memakai Nike, suatu kecolongan yang menampar para pembuat sepatu Adidas di kampung halaman mereka di Herzogenaurach, kota kecil dekat Munich.

Di Asia pun tak beda jauh kondisinya. Ketatnya persaingan apparel juga terlihat ketika Jepang yang memakai Adidas selalu tampil tegang melawan tim gingseng Korea Selatan yang menggunakan kostum Nike.

Perpindahan apparel juga jamak terjadi di level negara. Belanda, Australia dan Turki serta terakhir Prancis pun beralih ke Nike, tetapi saat yang sama Rusia, Meksiko, Denmark, Slovakia, Skotlandia memakai logo tiga garis miring Adidas.

Dan kasus yang baru saja terjadi adalah Mario Goetze. Bayern Muenchen memperkenalkan dua pemain baru mereka Mario Gotze dan Jan Kirchhof pada Selasa 2 Juli 2013.

Biasanya, konferensi pers untuk memperkenalkan pemain baru adalah peristiwa menggembirakan bagi klub. Namun, dua pemain itu malah membuat pusing Bayern sehingga klub Bavaria itu terpaksa meminta maaf kepada sponsor mereka Adidas.

Gotze dan Kirchhoff yang memiliki kontrak pribadi dengan Nike mengenakan kaos bertuliskan Nike ke acara pengenalan itu. Aksi kedua pemain itu melanggar kesepakatan antara Bayern dan Adidas.

"Foto-foto dari konferensi pers dengan Mario Gotze sangat mengejutkan kami," ujar juru bicara Adidas Oliver Bruggen kepada Spox.com.

"Berdasarkan kesepakatan dengan Bayern, apa yang dia lakukan tidak diizinkan karena itu adalah acara resmi Adidas sebagai rekanan Bayern Muenchen. Kami telah membicarakan masalah itu dengan Bayern," tegasnya.

Bayern kemudian meminta maaf secara terbuka.

"Kaos tersebut muncul tanpa sepengetahuan kami dan kami sangat menyesalinya. Kami berjanji kepada Adidas bahwa hal semacam itu tidak akan terjadi lagi," tegas Direktur Media Bayern Markus Horwick.




Namanya juga sepak bola, kompetisi antar apparel ini memang akan selalu saling mengalahkan tanpa hegemoni mutlak, karena faktor uang tetap menjadi katalisator persaingan.

Menurut pendapat saya, tidak mungkin ada Juara Pertama dalam suatu Kompetisi, jika hanya sendirian sebagai petarung. Seorang Juara sekaligus Petarung Sejati akan sangat membutuhkan kehadiran rival yang tangguh.

Begitu pula ketika seorang pebisnis menginginkan produknya menjadi yang paling handal dan berkualitas, maka perlu ada komparasi atau pembanding dari produk lain yang sepadan.

Kompetisi secara sehat akan membuat para produsen menghasilkan produk yang terbaik untuk dapat memberikan kepuasan serta loyalitas kepada para konsumen baik secara emosional maupun rasional.

Sehingga yang terbaik tentu akan mendapatkan tawaran serta harga yang terbaik pula, dari para pelanggan setianya yang puas dan loyal terhadap produk tersebut.

sumber:  www.apparelbola.com dan www.metrotvnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar